Bagaimana Rasanya Liburan?

Akhir-akhir ini laman sosmed di mana-mana berisi foto-foto liburan. Berhubung baru saja merayakan hari Iedul Fitri di tambah dengan libur sekolah.

Tanggal di kalender yang berwarna hitam itu tiba-tiba terlihat menjadi merah semua. Harusnya itu terasa menyenangkan, tapi kenapa aku malah merasa tidak suka.

Itu karena aku tidak pernah merasakan yang namanya 'liburan'.

Menyedihkan ya. Haha... ya terserahlah. Aku tidak sedang berbohong atau meminta dikasihani. Tapi, dalam hidupku. Kalaupun aku pergi ke pantai atau ke gunung, itu karena aku ada dalam suatu lingkaran yang membosankan.

Studi lapangan : meneliti, mengamati, menulis laporan. Jika tidak, aku ada dalam sebuh organisasi pecinta alam dan wisata kelas. Miris.

Bukan karena aku tidak suka liburan dan travelling ke tempat-tempat yang menyenangkan. Itu karena aku hidup dalam pas-pasan. Kadang aku menyesalinya, tapi kadang juga tidak. Setidaknya, kau masih bisa makan hari ini adalah anugrah Tuhan yang Maha Pengasih, dan kau tidak boleh mengeluh akan hal itu.

Tidak bisa aku pungkiri, dulu aku memang sempat merasakan liburan. Tapi, itu duluuuu sekali saat alm. Ayah-ku masih ada. Sejak beliau sakit, hingga meninggal. Entah kenapa, suasana solah berkabung setiap hari.

Cara berpikir dan menikmati hidup setiap orang dalam rumahku mulai berbeda. Kakak-kakak ku sibuk dengan dunia dan masalah mereka sendiri-sendiri, seolah-olah semua hal buruk terjadi selalu berawal dari rumah. 

Siapa yang paling berduka? Tentu bukan mereka, tapi Mamah. Satu sisi ia harus menjadi kepala keluarga, satu sisi ia merasa lemah karena tiada lagi tumpuan duka tempat bersandar. Dan masalah demi masalah yang selalu menyudutkannya.

Salah satunya juga pastilah aku.

Apa aku harus menanyakan bagaimana kalau kita liburan?

Tentu. Tapi selalu berakhir dengan situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Atau otakku yang selalu membuat keputusan ragu untuk mengatakan mana yang menjadi prioritas kehidupan kita lebih dulu.

Jadi, "bagaimana rasanya liburan?" tanpa beban-pikiran--atau hal rumit lain yang kita buat sendiri. Aku ingin merasakannya, melangkah sejauh mungkin, menikmati hari dengan duduk santai di kedai kopi, menikmati rasa yang baru, pemandangan yang berbeda, dan bertemu dengan orang-orang luar biasa di sepanjang jalan yang ku tempuh.

Entah kapan. Kata 'liburan' itu akan terasa tak di butuhkan lagi, karena aku sedang menikmatinya. Aku harus merencanakannya, entah kapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen 1500 kata #1

Who am I ? #4.1

Si Rubah Hitam dan Si Rubah Putih