B.K. IN MY BRAIN


Hari ini masih terasa sama saja seperti pikiran ku sebelumnya. Aku tidak bisa menemukan dari pertanyaan di kepalaku. Tidak bisa menemukan aka yang harus aku ambisikan, menjadi hal yang patut aku perjuangkan dengan jiwa dan raga ku. Dengan semua teori yang ada di muka bumi, hanya satu teori itu yang tidak bisa aku ganggu gugat. "Kita semua menunggu hari kematian dan perhitungan".

Mengetahui fakta dari semua teori hukum alam dan scients tentang satu kebenaran yang kukuh, kini hanya hal-hal yang berguna dalam kepala yang harus dipertahankan guna kehidupan terus berlanjut dan rapih. Tak perlu sempurna, hanya harus tertata.

Sialnya, ini-lah yang membuatku tak dapat tertidur setiap malam datang dan mengalami gejolak hebat setiap siang menyingsing. Dibalik awan yang anggun terselubung angkuhnya kehidupan di muka bumi.

Setiap bentuk, wujud dari imajinasiku untuk menciptakan rasa, bentuk, aroma, warna, dan napsu kenikmatan itu sendiri kini terasa hambar. Dulu, dengan enteng dan tanpa menyadari sesuatu pun aku bisa membuat imajinasiku sendiri seolah hidup. Aku bisa merasakan manisnya gula diujung lidah ku tanpa perlu aku merasakannya, teksturnya yang keras namun perlahan lumer dimulutku, membuat lidahku bergerak-gerak seolah merasakannya tenggelam dan tertelan hingga ke tenggorokanku. Atau membayangkan, aroma kopi kental yang pahit, sedikit tercium aroma tanah dan gosong berbaur dengan aroma lembut gula yang manis terbang terawa udara sore yang indah ditemani eggrolls yang manis. Saat kedua benda itu bertemu, tak ada rasa apapun hingga tertelan dan kau menemukan sesuatu tertinggal dimulut mu, terselip diantara indra perasamu, menemukan rasa lain yang kau kenal dan yah' itu sebuah rasa dari pedesaan yang kau sangat sukai. Rasa ubi kuning yang begitu manis.

Tapi, semua rasa itu dulu. Kini, setiap makanan yang aku masukan terasa sama saja. Tak mampu membuatku merasa berbeda, merasakan rasa yang dulu sangat aku senangi. Kepuasan.
Kepuasan akan mencicipi hal-hal yang baru, andrenalin yang membuat hati berdebar, meloncat bahagia. Tubuh yang akan bergerak mengikuti semangat, mendobrak ketidak mungkinan, menciptakan hal-hal yang berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya dan yah' sampai kau sadari.

Dulu, aku adalah orang yang berbeda dari aku yang sekarang. Orang selalu menatapku aneh, bahkan mengucapkan bahwa aku aneh. Terkadang pula aku merasa kata 'aneh' itu bukan sesuatu yang harus aku takuti karena dengan begitu aku merasa istimewa untuk diri ku sendiri. Tak perlu menjadi orang lain, menikmati apa yang ku suka, menjalani setiap momen yang menurut orang lain tak bermakna namun menurutku itu sangat indah, luar bisa dan tak dapat dilupakan. Sesuatu yang membuatku hidup.
Dan Normal? Apa yang sebenarnya benar-benar dimaksud dengan kata 'normal' itu sendiri? Bahkan, belum tentu orang-orang yang menyatakan diri mereka 'normal' benar-benar terbukti norma, bukan!

Semua terasa berubah, aroma itu, rasa itu, perasaan aneh itu. Aku merasa hilang. Semua terasa biasa-biasa saja, bahkan mungkin aku tak bisa merasakan apapun sekarang.

Kini, dalam benak ku hanya ada pertanyaan. Mahluk apa aku ini sebenarnya? Untuk apa aku berada disini? Kenapa aku harus melakukan apa yang terbersit disini, di dalam otak ku.

Aku tak bisa mengingat dengan jelas moment yang menyenangkan itu. Setiap ku buka album-album yang penuh berisi dengan wajahku, saudaraku dan bahkan ayah dan ibuku. Diberbagai tempat, disegala suasana itu. Aku, benar-benar tak bisa mengingat apapun.

"Kapan aku melakukan perjalanan ke kebun binatang ini?"
"Kapan aku mengendarai mainan seperti ini?"
"Apa yang kurasakan saat itu?"
"Bagaimana aku bisa berada di tempat ini saat ini?"
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Bagaimana ini bisa terjadi?"
"Siapa orang yang duduk disampingku saat aku kecil itu?"
"Dimana benda-benda itu sekarang?"
"Kemana kenangan itu, kemana semua orang yang dulu ada di foto-foto ini?"

Dan saat tersadar, aku hanya ada diruangan yang sama. Di kamarku, di waktu-waktu tertentu dan dalam pikiran yang sama. Kosong tanpa perasaan apapun. "Oh, tubuhku lelah."

Selimut ini begitu besar, tebal dan hangat. Tapi, mengapa aku tak bisa merasakan hangat yang berarti? Apa mungkin... aku lah yang telah mati sebenarnya, atau mungkin hati-ku??

Lagi-lagi logika ku mengalahkan semua kebodohanku dan menyuruhku untuk selalu bergerak sesuai dengan apa yang menjadi pemikiranku dan pekerjaanku. Bangun pagi, mengerjakan pekerjaan rumah, menyiapkan bahan keperluan kantor, menunggu di depan komputer, melayani konsumen, bersikap layaknya manusia 'normal', dan waktu bergulir dengan cepat menyisihkan ku kembali ke tempat awal. Kamarku.

Aku selalu bertanya, disini dalam hati dan pikiranku yang selalu mengatur secara realistis.
Kita terlahir menjadi seorang bayi, belajar mendenger, melihat, meniru, tumbuh dan berkembang. Perlahan menjadi seorang balita, anak-anak yang mulai tak bisa diam, pra-remaja, menganalisis berbagai hal yang mulai berubah dan terjadi baik pada tubuh dan diri kita sendiri maupun lingkungan, kemudian remaja mulai bergaul dengan hal-hal yang menurut sebagian orang itu keren, luar biasa, harus sesuai dengan zaman, gaya hidup, sedikit memberontak sebagai bentuk pertahanan diri dan eksistensi. Lambat laun kita dikenal sebagai manusia yang mulai berpikir dewasa, memilah yang baik dan buruk, berkarakter, tidak mengandalkan hanya napsu semata, mencipta, berkarya, dan perlahan tapi pasti masalah dan masalah datang bertubi-tubi hingga kita mengenal sebuak kalimat motivasi diri "masalah membentuk seseorang menjadi pribadi yang lebih dewasa dan kuat". Dan ya', kita semua tumbuh menjadi pribadi yang dewasa dan kuat, mulai mengerti tanggung jawab yang diemban, menemukan solusi dari masalah yang timbul, belajar memahami situasi dan kondisi perasaan, pekerjaan, dan lingkungan sosial kita. Hingga kita menemukan satu titik temu, bahwa mahluk hidup diwajibkan hidup berpasang-pasangan karena demikianlah hukum alam, fisika, kimia, bologi, dan ilmu sciens lainnya terbukti fakta membenarkan.

Namun, aku terpenjara, terhambat, terkurung pada fase ini. Jika kupu-kupu mengalami fase metamorfosis dari telut - larva - ulat kecil - ulat dewasa - kepompong - hingga menjadi kupu-kupu. maka aku kini berada di fase kepompong yang berpuasa lebih dari 40 hari lamanya.

Aku tidak tau haruskah terus menunggu atau justru lekas keluar menjadi kupu-kupu dan berkelana. Disatu sisi aku merasa semua fase metamorfosis itu harus aku alami, namun disatu sisi aku bertanya apakah itu bisa dan akan terjadi?, atau bagaimana bisa kita harus dan pasti melangalami semua fase metamorfosis tersebut secara sempurna?.

Hingga detik ini, saat aku menuliskan semua pikiran ku di dalam cerita ini, aku masih berpikir dengan tenang dan berusaha mencari jawaban.

"Sebenarnya, aku ini mahluk yang seperti apa? Bisakah kalian jelaskan pada ku!?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen 1500 kata #1

Who am I ? #4.1

Si Rubah Hitam dan Si Rubah Putih