Dibuang sayang... artikel sendiri ini^^
MATA RANTAI POLITIK
http://retorics.blogspot.co.id/2015/02/politik-dan-islam-orde-baru-dan-era-reformasi.html
Kasus penistaan agama yang sampai saat
ini masih menjadi buah bibir diberbagai surat kabar baik media elektronik
maupun cetak telah memasuki persidangan babak ke delapan paling genting di
negeri ini, tepatnya tanggal 31 Januari 2017 akhir bulan lalu. Sayangnya
persidangan yang terjadi justru tidak menghasilkan keputusan damai yang
diharapkan malah menambah daftar kasus baru bagi saudara A (terinisial).
Pihak kuasa hukum A mengajukan
pertanyaan pada saksi yang seorang tokoh ulama MUI berinisial M.A melakukan
telewicara dengan seorang tokoh ketua umum partai berinisial SBY untuk
memperkuat pernyataan berupa pertanyaan yang diajukan pada M.A. Namun pihak M.A
bersikeras bahwa percakapan itu tidak terjadi, jika pun bertemu dan terjadi
perjumpaan hanya berupa salam dan M.A langsung pergi dan tinggal dilantai
empat.
Persidangan ini semakin berkepanjangan
yang tadinya hanya tentang penistaan agama, lalu mengapa sekarang ditambah dengan
perbincangan antara M.A dan SBY. Usul punya usul ternyata percakapan tersebut
konon katanya berisi tentang percakapan atau skrip bahwa SBY meminta kepada M.A
untuk segera menyelesaikan fatwa tentang penistaan agama tersebut dan SBY
meminta mengkondisikan PBNU karena saat itu putra beliau yang saat ini
mencalonkan sebagai salah satu calon gubernur jakarta berisial AHY akan
berkunjung ke PBNU, pernyataan kuasa hukum A ini dibantah dengan tiga kali
pertanyaan dan tiga kali jawaban “tidak ada” dari saudara M.A ditambah dengan pernyataan
konferensi pers yang dilakukan oleh SBY, saat itu disiarkan pada salah satu
televisi nasional yang penulis lihat lewat media youtube.
Berujung dari saling tuding menuding
tersebut, tanggal 1 Februari 2017 SBY menyatakan bahwa beliau dituding sebagai
pemberi dana dari dua aksi damai yang pernah terjadi beberapa waktu lalu di
tahun 2016, beliau ingin bertemu dengan presiden Republik Indonesia untuk membicarakan
hal-hal tersebut namun sayangnya SBY diberi tahu dari tiga sumber yang berbeda
konon katanya bapak Presiden ingin bertemu namun dilarang oleh dua tiga orang
disekelilingnya. Inilah yang diherankan oleh SBY, melihat persidangan kemarin
nama beliau disebutkan dalam persidangan mengenai percakapan melalui telephon
antara SBY dan M.A. Jika disadap melalui berarti telah terjadi pelanggaran
illegel telephone epik, dan jika bermotif politik maka istilahnya menjadi
political sparking. Untuk lebih jelasnya kita bisa melihat kembali tayangan
dari dua sumber berita di link berikut :
kurang dan lebihnya penulis mohon maaf, pengutipan
untuk pembicaraan berikut diatas. Persidangan yang terjadi nampaknya tidak
mencairkan suasana yang sedang genting di Indonesia ini, beberapa komentar
disosial media bahkan malah menyangkut pautkan dengan ras, suku, dan agama
tertentu. Hingga tercetuslah penghinaan pada ulama, bahkan seorang sahabat
disalah satu sosial media sangat marah bahkan siap berada di gardah depan untuk
membela ulama dan kelompok muslim lainnya di beberapa kota Indonesia.
Mulut mu harimau mu, inilah peribahasa
yang cocok saat ini. Menjaga mulut untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang
tidak seharusnya dijaman moderen seperti sekarang ini jauh lebih sulit daripada
jaman dulu saat surat adalah alat komunikasi paling mutakhir yang pernah ada.
Orang bisa menghina, menghujat, mencaci maki, dengan menggunalan data diri
palsu dan melakukan berbagai macam bentuk kejahatan baik. Hanya untuk sebuah
kekuasaan hal yang tadinya dianggap sepele bagi si pelaku dapat memicu ratusan
bom bahkan ribuan di dalam negeri. Dulu, bersatu kita teguh bercerai kita
runtuh saat digunakan untuk melawan penjajahan negara asing. Sekarang saudara
satu negara sendiri bisa diadu domba pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari
pertengkaran saudara.
Kita memang ditakuti oleh beberapa
negara, bahkan dulu kita ditakuti oleh hampir seluruh dunia karena para pemuda
Indonesia yang gagah berani membela Indonesia, tapi sekarang sedikit demi
sedikit kita hancur didalam Indonesia itu sendiri. Dimanakah kata “berbeda-beda
tapi tetap satu tujuan”, dimanakah Demokrasi, Persatuan, dan Kesatuan. Kita
sering melihat kekurangan orang sebagai bentuk kejahatan yang harus dibasmi,
tapi pernahkah terpikir kenapa hal tersebut bisa terjadi? tidak mungkin ada
asap kalau tidak ada api, bukan. Ini adalah sebuah qhodo dan qhodar, dari Tuhan
semua peristiwa ini harus terjadi agar umat muslim sadar kembali bahwa kita
telah lalai dalam beragama, dan memahami dan mendalami kata Islam itu sendiri,
bahkan mungkin kita lupa bertanya ‘benarkah kita mencintai agama kita
masing-masing? Benarkah kita mencintai Indonesia? Karena, jika kita mencintai
Indonesia dan Tuhan yang menciptakan agama kita berbeda, kita akan mencinta
pula perbedaan dan keberagaman bumi pertiwi.
Semoga, apa yang tengah terjadi pada
negeri ini memberikan kita pemimpin yang lebih shidiq, amanah, tabhlig, dan
fatonah. Karena ini semua terjadi saat sebuah politik sedang dimainkan didalam
negeri kita.
Nama: Sulistya Dyana
Putri
Link:
https://www.facebook.com/concetta.yanari
Komentar
Posting Komentar